A. Pendahuluan
Masa
belajar di perguruan tinggi adalah masa yang penting bagi pengembangan
nilai kepribadian. Anda akan ditantang menghadapi gagasan-gagasan dan
filosofi baru. Anda akan membuat keputusan-keputusan pribadi dan karir
yang akan mempengaruhi hidupnya. Salah satu pelajaran terpenting yang
akan diperoleh di perguruan tinggi adalah mengatur waktu antara bekerja,
belajar dan bersantai. Bila anda mampu mengembangkan manajemen waktu
dan kemampuan belajar yang baik di awal masa perkuliahan, maka
tahun-tahun perkuliahan berikutnya akan dijalani dengan sukses.
Belajar
menguasai materi suatu kuliah tentu saja penting, namun mempelajari
cara belajar dan berpikir yang kritis, dalam beberapa hal, jauh lebih
penting. Seperti usaha-usaha lainnya dalam kehidupan, upaya untuk
berpikir kritis dan belajar efesien pada awalnya membutuhkan usaha dan
waktu tambahan, tetapi ketika telah dikuasai, kemampuan-kemampuan
tersebut akan menghemat banyak waktu anda di masa depan.
Banyak
fakta yang menunjukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang sukses secara
akademis juga merupakan mahasiswa-mahasiswa yang sangat sibuk. Karena
mereka memiliki banyak pekerjaan atau aktivitas ekstra-kurikuler, mereka
harus dan mampu mengatur waktu secara efektif dan belajar efesien.
Salah satu kunci utama untuk sukses dalam belajar di perguruan tinggi adalah menghindari menunda-nunda pekerjaan..
Dengan menentukan tujuan-tujuan yang jelas dan spesifik serta bekerja
mencapainya dalam keteraturan, anda akan mampu mengurangi keinginan
untuk menunda-nunda tersebut.
B. Beberapa pengertian
Menurut Pourwadarminta (1976):
- Pikir : akal budi, pendapat
- Berpikir: menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan dsb. sesuatu.
- Cerdas: sempurna perkembangan akal budinya (pandai, tajam pikiran dsb)
- Cerdik: lekas mengerti dan pandai mencari akal; pintar; berakal; panjang akal.
- Licik: banyak akal yang buruk. Kelicikan: kepandaian memutar balik perkataan.
- Kritis: berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan
- Ilmiah: bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan
Jadi definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
- Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
- Berpikir cerdik adalah menggunakan akal budi agar cepat mengerti suatu permasalahan yang sedang dihadapi dan mampu memberikan solusinya secara cepat dan tepat.
- Berpikir kritis adalah menggunakan akal budi untuk menelaah sesuatu dengan hati-hati. Berpikir kritis didefinisikan sebagai ketetapan yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau menangguhkan penilaian terhadap suatu pernyataan dan tingkat kepercayaan dengan mana kita menerima atau menolaknya.
- Berpikir cerdik, kritis dan ilmiah adalah cara berpikir dengan menggunakan prinsip-prinsip logis, hati-hati, cepat dan tepat untuk menelaah suatu pernyataan atau permasahan, serta memberikan solusi yang cepat dan tepat.
- Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses berpikir lahir dari suatu rasa sangsi (atau keyakinan) terhadap sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Masalah ini memerlukan pemecahan dan untuk itu dilakukan penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan metode yang tepat. Berpikir mengandung 2 unsur penting yaitu unsur logis dan unsure analitik.
C. Mengembangkan kemampuan berpikir cerdik
Berpikir cerdik berbeda
dengan berpikir licik. Berpikir cerdik berarti kita menggunakan akal
budi untuk mendapatkan cara-cara yang baik untuk mengatasi suatu
permasalahan. Berbeda dengan berpikir licik yang berusaha menggunakan
akalnya untuk mencari cara yang buruk untuk memutarbalikkan fakta.
Memang, kadangkala amat sulit membedakan antara berpikir cerdik dan
licik.
Simak ceritera “Si Kancil”
Ketika
si Kancil tertangkap petani dan dikurung dalam “kurungan” ia tidak
panik. Ia sadar bahwa ia akan di sembelih untuk santapan “sang Petani”.
Ia kemudian berpikir bagaimana caranya melepaskan diri. Ia kemudian
melihat kurungan dan menyimpulkan bahwa ia tidak mungkin mampu membuka
kurungan. Apa akal? Selagi ia berpikir datanglah seorang anjing. Pada
saat itu terlintaslah sebuah ide.
“Ngapain kau kancil”, tanya anjing.
“Aku mau dijadikan mantu oleh pak Tani”, jawab si Kancil.
“Enak ya kamu Cil”, si Anjing iri.
“Kamu mau dijadikan mantu?”, si Kancil memancing.
“Mau!”, jawab anjing.
“Kalau begitu, kau masuk ke dalam kurungan ini”, kata si Kancil.
“Okey”, kata anjing dengan gembira.
Simak pula ceritera Abunawas berikut ini.
Baginda
Raya Harun Al Rasyid memanggil Abunawas untuk meminta nasehat karena ia
sudah sebulan tidak berselera makan. Abunawas berpikir sejenak.
“Baginda,
hamba punya saran. Di hutan Tutupan, ada kijang berbulu putih yang
dagingnya sangat lezat. Baginda pasti sembuh. Syaratnya Baginda harus
menangkapnya sendiri”, kata Abunawas.
“Baik, besok kita berangkat”, kata Baginda
Merekapun pergi berburu melalui jalan yang rumit. Baginda
tampak lelah, haus dan lapar. Abunawas kemudian pergi memancing dan
mendapatkan beberapa ekor ikan yang kemudian diberi garam dan asam serta
memanggangnya. Bau harum semakin membuat baginda lapar.
“Mari kita makan, Baginda”, ajak Abunawas.
“Baik”, Baginda sangat berselera, dan memakan habis ikan tersebut.
“Belum pernah aku memakan masakan selezat ini”. Mari kita lanjutkan berburunya”, ajak Baginda.
“Maaf Baginda kijang itu tidak ada”, jawab Abunawas.
“Lalu bagaimana dengan kesembuhan saya”, tanya Baginda.
“Baginda telah sembuh dari penyakit baginda”, jawab Abunawas.
Dari
ceritera itu, dapat kita baca bahwa si Kancil berusaha menggunakan akal
pikirannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Ia berhasil
menemukan ide dengan cepat meskipun ia harus mengorbankan pihak lain.
Cerdik atau licik?
Berbeda
dengan ceritera kedua dimana Abunawas dalam waktu yang singkat mampu
mencarikan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh Baginda.
Meskipun ceritera itu agak konyol, dapat dinyatakan bahwa Abunawar mampu
berpikir cerdik. Memecahkan masalah dengan tepat dalam waktu yang
cepat.
C.1. Strategi berpikir cerdik
Ada 8 strategi yang dapat mendorong cara berpikir anda lebih produktif untuk memecahkan masalah:
- Lihatlah persoalan anda dengan berbagai cara yang berbeda dan cari perspektif baru yang belum perbah dipakai oleh orang lain (atau belum diterbitkan).
- Bayangkan
- Hasilkan! Karakteristik anak jenius yang membedakan adalah produktivitas.
- Buat kombinasi-kombinasi baru. Kombinasikan, dan kombinasikan ulang ide-ide, bayangan-bayangan dan pikiran-pikiran ke dalam kombinasi yang berbeda, tidak peduli akan keanehan atau ketidakwajaran.
- Bentuklah hubungan-hubungan; buatlah hubungan antara persoalan-persoalan yang berbeda.
- Berpikir secara berlawanan
- Berpikir secara metafora
- Persiapkan diri anda untuk menghadapi kesempatan.
D. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
Hanya
sedikit hal dalam hidup ini yang berupa hitam dan putih. Sehingga
sangat penting untuk mampu melihat segala sesuatu dari berbagai sisi
hingga mampu mencapai kesimpulan yang logis. Salah satu hal penting yang
akan anda pelajari di perguruan tinggi adalah berpikir kritis dan tidak menerima apa yang anda lihat dan dengar secara seketika.
Berpikir kritis sangat penting dalam mempelajari materi baru dan
mengaitkannya dengan apa yang telah anda ketahui. Meskipun anda tidak
mengetahui semuanya, anda dapat belajar untuk bertanya secara efektif
dan mencapai kesimpulan yang konsisten dengan fakta.
· Ketika anda menjumpai fakta, gagasan atau konsep baru, pastikan anda memahami dan mengetahui istilah-istilah yang ada.
· Pelajari bagaimana fakta atau informasi diperoleh. Apakah diperoleh dari percobaan, apakah percobaan tersebut dilakukan dengan baik dan bebas bias? Dapatkah percobaan itu diulangi?
· Jangan terima semua pernyataan pada secara seketika. Apakah sumber informasi tersebut dapat dipercaya?
· Pertimbangkan apakah kesimpulan mengikuti fakta? Bila
fakta tidak mendukung kesimpulan, ajukan pertanyaan dan tentukan kenapa
demikian. Apakah argumen yang dipergunakan logis atau mengambang?
· Terbuka terhadap gagasan baru.
Contoh terkenal adalah teori tektonik lempeng. Meskipun prinsip-prinsip
dasarnya telah diketahui pada awal abad 20, namun teori tersebut baru
diterima kalangan luas setelah tahun 1970-an setelah bukti-bukti yang
berlimpah.
Lihatlah pada gambaran yang besar
untuk menentukan bagaimana berbagai unsur dalam topik tersebut
dihubungkan. Sebagai contoh, bagaimana pembangunan sebuah bendungan akan
mempengaruhi bentuk sungai? Apa yang akan terjadi pada pantai di mana
sungai tersebut bermuara? Salah satu pelajaran yang sangat penting (yang
juga membedakan geologi dengan ilmu lainnya) adalah bagaimana saling keterkaitan dan ketergantungan berbagai sistem di Bumi ini. Ketika anda mengubah salah satu, anda akan mengubah berbagai hal lainnya pula.
C.1. Karakteristik pemikir kritis
- jujur terhadap diri sendiri
- melawan manupulasi
- mengatasi kebingungan (confusion)
- mereka selalu bertanya
- mereka mendasarkan penilaiannya pada bukti
- mereka mencari hubungan antar topik
- mereka bebas secara intelektual
C.2. Strategi untuk membaca secara kritis
Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri anda sendiri:
- Apa topiknya?
- Kesimpulan apa yang diambil oleh pengarang tentang topik tersebut?
- Alasan-alasan apa yang diutarakan pengarang yang dapat dipercaya?
- Apakah pengarang menggunakan fakta atau opini?
- Apakah pengarang menggunakan kata-kata netral atau emosional?
E. Mengembangkan berpikir ilmiah
Sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi (terutama di perguruan tinggi) pelajar itu diajar agar berpikir ilmiah, yaitu berpikir logis-empiris. Di perguruan tinggi, sebelum mahasiswa mengadakan penelitian untuk menulis skripsi atau tugas akhir, mereka belajar Metodologi Riset, di situ mereka pasti diajari metode ilmiah (scientific method). Rumus metode ilmiah ialah logico-hypotetico-verificatif. Artinya, sesuatu yang benar itu haruslah logis dan didukung data empiris. Metode ilmiah inilah yang merupakan grand theory yang darinya diturunkan metode-meatode penelitian. Rumus logico-hypotetico-verifikatif adalah tulang punggung teori penelitian ilmiah, sedangkan penelitian ilmiah itu adalah cara yang sah dalam memperoleh kebenaran ilmiah.
E.1. Metode ilmiah
Kerja memecahkan
masalah akan sangat berbeda antara seorang sarjana dengan seorang awam.
Seorang sarjana selalu menempatkan logika serta menghindarkan diri dari
pertimbangan subyektif. Sebaliknya bagi orang awam, kerja memecahkan
masalah dilandasi oleh campuran pandangan perorangan ataupun dengan apa
yang dianggap masuk akal oleh banyak orang.
Dalam
menelaah, seorang sarjana dapat saja mempunyai teknik, pendekatan
ataupun cara yang berbeda dengan seorang ilmuwah lainnya. Tetapi kedua
sarjana tersebut tetap mempunyai satu falsafah yang sama dalam
memecahkan masalah, yaitu menggunakan metode ilmiah.
Dapat
didefinisikan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan
kebenaran. Metode ilmiah dalam menelaah atau meneliti mempunyai criteria
serta langkah-langkah tertentu dalam bekerja, seperti tertera dalam
skema di bawah ini.
Metode Ilmiah
|
Kriteria
|
Langkah-langkah
|
|
|
Sistematika
dalam metode ilmiah sesungguhnya merupakan manifestasi dari alur
berpikir yang dipergunakan untuk menganalisis suatu permasalahan. Alur
berpikir dalam metode ilmiah memberi pedoman kepada para ilmuwan dalam
memecahkan persoalan menurut integritas berpikir deduksi dan induksi.
E.2. Pola berpikir induktif dan deduktif
Pada
hakekatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran
secara deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat
dengan rasionalisme atau empirisme. Memang terdapat beberapa kelemahan
berpikir secara rasionalisme dan empirisme, karena kebenaran dengan cara
berpikir ini bersifat relatif atau tidak mutlak. Oleh
karena itu, seorang sarjana atau ilmuwan haruslah bersifat rendah hati
dan mengakui adanya kebenaran mutlak yang tidak bisa dijangkau oleh cara berpikir ilmiah.
Induksi
merupakan cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Sementara deduktif
merupakan cara berpikir yang berpangkal dari pernyataan umum, dan dari
sini ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Contoh induktif
Contoh 1.
Proposisi
1: Si A “titip tanda tangan daftar hadir” pada si C agar memenuhi
syarat kehadiran kuliah 75% untuk dapat mengikuti ujian.
Proposisi 2: Karyawan X nampak bekerja giat pada saat mandornya mengawasinya, tetapi jika tidak diawasi ia santai saja.
Proposisi 3: Dosen Q “titip” mencetakkan kartu hadirnya ke dalam time recorder agar tidak ketahuan kalau datangnya tidak pagi dan pulangnya belum siang.
Proposisi
4: Pada saat rapat Kepala Bagian, K tidak pernah mengajukan
keberatan-keberatan karena takut dianggap pembangkang dan tidak loyal.
Kesimpulan: Sikap munafik (hipokrit) terjadi karena ketakutan akan sangsi.
Contoh 2.
Proposisi 1: Si T selalu mengikuti kuliah karena menganggap kuliah yang diberikan dosen itu menarik dan amat penting isinya.
Proposisi
2: Si U selalu hadir mengikuti penataran walaupun ia menganggap isinya
tidak berguna baginya, karena penataran itu menjadi salah-satu syarat
bagi kenaikan pangkatnya.
Proposisi 3: Si Z selalu mengikuti kuliah Pak Q karena ia takut jika tidak hadir akan merusakkan hubungannya dengan keponakan Pak Q
Kesimpula 1: Kesediaan mengikuti kegiatan pendidikan tergantung pada persepsi mengenai manfaatnya.
Kesimpulan 2: Motif orang mengikuti kegiatan pendidikan tidak selalu sama.
Kesimpulan-kesimpulan di atas bisa ditingkatkan menjadi teori:
Teori 1: Kemunafikan terjadi karena sikap otoriter atasan.
Teori 2: Kesediaan melakukan sesuatu dipengaruhi oleh persepsi mengenai manfaat sesuatu.
Teori 3: Motivasi orang melakukan sesuatu tidak selalu sama.
Jika
ketiga teori itu dipadukan, akan menjadi kesimpulan yang bunyinya:
“Perilaku seseorang tergantung pada situasi, persepsi dan motivasi.
Contoh deduktif
Contoh 1.
Proposisi 1: Perilaku merupakan fungsi motif (teori: asumsi)
Proposisi 2: Banyak mahasiswa tidak mau aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. (perilaku: gejala empirik).
Kesimpulan: Ada motif mengapa mahasiswa tidak mau aktif dalam organisasi kemahasiswaan.
Cohtoh 2.
Proposisi 1: Peran serta bergantung pada iklim demokrasi.
Proposisi 2: Peran guru-guru dalam kegiatan administrasi pendidikan sangat tinggi.
Kesimpulan: Atasan para guru bersikap demokratik.
Contoh mendedusi yang salah
Proposisi 1: Manusia merupakan makhluk social yang suka hidup berkelompok dan ada pemimpin di dalamnya.
Preposisi 2: Semut suka hidup berkelompok dan di dalamnya ada pemimpinnya.
Kesimpulan: Manusia itu tergolong semut.
Kesimpulan
Sebagai
seorang sarjana atau ilmuwan, kita dituntut berpikir cerdik, kritis dan
ilmiah dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup. Namun sebagai
seorang sarjana kita juga dituntut untuk mempunyai sifat rendah hati,
karena kebenaran yang diperoleh melalui proses berpikir tersebut
bersifat relatif.
0 komentar:
Posting Komentar